🔥 MEMBUNGKAM ORANG YANG MENGINGKARI SIKAP KERAS DALAM MEMBANTAH KESALAHAN 🔥
🎙Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah
✅ Asy-Syaikh al-Albany: Contoh lain adalah yang terdapat di dalam Musnad Al-Imam Ahmad: ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah maka ada seorang shahabat yang berdiri dan berkata kepada beliau: “Sesuai kehendak Allah dan kehendak Anda wahai Rasulullah.” Maka beliau bersabda:
أَجَعَلْتَنِيْ للهِ نِدًّا بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ.
“Apakah engkau menjadikanku sebagai tandingan bagi Allah??! Tapi (yang benar adalah) ‘terserah kehendak Allah saja.’ ”
(Silsilah Ash-Shahihah no. 139 –pent)
Seperti ini keras atau lembut?
🅾 Penanya: Itu adalah cara yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
✅ Asy-Syaikh al-Albany: Jawaban seperti ini saya namakan jawaban menghindar, karena engkau tidak menjawab pertanyaanku seperti sebelumnya ketika kukatakan kepadamu bahwa Abus Sanabil dikatakan telah berdusta oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kutanya dirimu apakah ini sikap yang keras atau lembut?
🅾 Penanya: Ini sikap yang keras.
✅ Asy-Syaikh al-Albany: Yang kedua ini?
🅾 Penanya: Beliau hanya menjelaskan kepadanya dan mengatakan: “Apakah engkau menjadikanku sebagai tandingan bagi Allah?!”
✅ Asy-Syaikh al-Albany: Ini menghindar namanya –baarakallahu fiik– saya tidak bertanya padamu: “Beliau menjelaskan atau tidak menjelaskan?” Tetapi saya tanya dirimu: “Itu sikap keras atau lembut?” Kenapa sekarang caramu menjawab menjadi berbeda?! Sebelumnya engkau tidak mengatakan: “Beliau menjelaskan.” Padahal ketika beliau bersabda: “Abus Sanabil telah dusta.” Itu beliau menjelaskan, tetapi apakah penjelasan beliau tersebut dengan cara yang lembut dan halus –sebagaimana kita telah sepakat bahwa hal itu adalah prinsip– ataukah padanya terdapat sikap keras?! Engkau mengatakannya dengan tegas: “Padanya terdapat sikap keras.” Maka kenapa engkau tidak menjawab pertanyaan kedua dengan jawaban seperti ini?!
🅾 Penanya: Pada pertanyaan kedua beliau tidak mengatakan: “Dia telah dusta.” Tetapi hanya mengatakan: “Apakah engkau menjadikanku sebagai tandingan bagi Allah?!”
✅ Asy-Syaikh al-Albany: Allahu Akbar, ini lebih keras di dalam menunjukkan pengingkaran –barakallahu fiik–
Ada hadits lain: Ada seseorang berkhutbah dengan mengatakan: “Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka dia telah menempuh jalan yang lurus, dan barangsiapa yang mendurhakai keduanya maka dia telah tersesat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
بِئْسَ الْخَطِيْبُ أَنْتَ.
“Sejelek-jelek khatib adalah engkau.”
(HR. Muslim no. 870 –pent)
Semacam ini keras atau lembut?
🅾 Penanya: Keras.
✅ Asy-Syaikh al-Albany: Intinya –baarakallahu fiik– di sana ada cara lembut ada cara keras. Maka sekarang setelah kita sepakat bahwa di sana tidak ada kaedah yang baku dan terus menerus, maksudnya lembut terus atau keras terus, maka terkadang dengan lembut dan terkadang dengan keras.
Sekarang ketika Salafiyun dituduh secara keseluruhan bahwa mereka adalah orang-orang yang keras, tidakkah engkau perhatikan bahwa Salafiyyun dibandingkan kelompok dan golongan lain mereka lebih banyak memiliki perhatian terhadap hukum-hukum syariat dan mendakwahkannya kepada manusia dibandingkan yang lainnya?!
🅾 Penanya: Hal itu tidak diragukan lagi.
⚠ INSYAALLAH BERSAMBUNG ⚠
No comments:
Post a Comment