Tuesday, August 27, 2019

Al Hizbiyyah

🚇AL-HIZBIYYAH

Tak bisa dimungkiri, kondisi umat Islam saat ini telah berpecah menjadi sejumlah kelompok. Tiap-tiap kelompok memiliki aturan dan jalan sendiri-sendiri. Masing-masing merasa bangga dengan apa yang ada di kelompoknya dan tentu merasa benar dengan aturan-aturan yang dibuat kelompoknya. Satu keniscayaan yang pasti ada di tiap kelompok adalah adanya ‘belenggu-belenggu’ yang dipakai untuk menjerat anggotanya agar tidak lari.

▶️ “Al-Hizbu” { الْحِزْبُ } menurut etimologi bahasa Arob adalah;

— “Sekumpulan orang yang disatukan (dalam suatu kelompok, pen.) oleh suatu kesamaan sifat atau kepentingan yang universal; dari ikatan aqidah dan iman, atau kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan, atau ikatan negara dan tanah air, atau suku dan nasab, atau profesi dan bahasa, atau apa yang menyerupainya dari berbagai bentuk ikatan, sifat, dan kepentingan yang biasa dijadikan oleh manusia untuk bersatu di atasnya dan berkumpul di sekelilingnya.”

📚[Al-Ahzab as-Siyasiyyah fil Islam, karya asy-Syaikh Shofiyyur Rohman al-Mubarokfuri, hlm. 7]

Asy-Syaikh Dr. Robi’ bin Hadi al-Madkholi hafizhohullah berkata:

“Jika perkumpulan ini berdiri di atas kebathilan serta mengajak kepada kebathilan dan bid’ah, maka wajib bagi setiap muslim untuk menjawab, ‘Sesungguhnya perkumpulan ini bukan bagian dari Islam.’

Dan jika perkumpulan ini atas dasar Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, mencintai dan membenci karena Allah -'azza wa jalla-, maka yang demikian ini adalah bagian dari Islam.”

📚[Jama’ah Wahidah la Jama’at, hlm. 12]

▶️ Atas dasar ini, maka yang kami maksud dengan al-hizbiyyah { الْحِزْبِيَّة } adalah;

— “Suatu sikap fanatik, taqlid buta, dan pembelaan terhadap suatu kelompok yang dibangun di atas sifat atau kepentingan tertentu, tanpa mengindahkan rambu-rambu syari'at. Pelakunya disebut hizbiy dan jamaknya adalah hizbiyyun/hizbiyyin.”

Url: http://bit.ly/Fw401201
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: AsySyariah•Com { http://bit.ly/2KG3KnF } - Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc. hafizhohulah

🚇BENIH-BENIH AL-HIZBIYYAH

Benih-benih al-hizbiyyah telah ada semenjak Rosulullah [ﷺ] masih hidup dan beliau sendiri tidak pernah membiarkannya. Demikian juga shahabat, begitu cepat meninggalkannya.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhori rohimahullah (dalam Kitab al-Manaqib dari Shohih-nya, “Bab Maa Yunha min Da’watil Jahiliyyah”) dari shahabat Jabir bin ‘Abdillah rodhiallahu ‘anhuma, ia berkata,

“(Suatu hari) kami berperang bersama Rosulullah [ﷺ]. Orang-orang Muhajirin pun berkumpul dan berdatangan kepada beliau hingga banyak. Di antara Muhajirin ada seorang laki-laki yang suka bergurau, lalu ia memukul pantat seorang dari Anshor. Spontan, orang Anshor ini pun marah dengan kemarahan yang meluap-luap, hingga akhirnya mereka saling berteriak (meminta bantuan). Orang Anshor berteriak, ‘Wahai Anshor!’ Dan orang Muhajirin berteriak, ‘Wahai Muhajirin!’ Maka Rosulullah [ﷺ] keluar (menemui mereka) seraya bersabda, ‘Ada apa dengan seruan jahiliyyah ini?!’ Kemudian beliau bersabda (lagi), ‘Apa masalah mereka?’ Maka diberitahukan kepada beliau tentang pemukulan pantat yang dilakukan oleh seorang Muhajirin terhadap seorang Anshor, maka beliau bersabda, ‘Tinggalkanlah perbuatan itu, karena ia adalah perbuatan yang buruk!’.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Dua nama ini: ‘al-Muhajirin’ dan ‘al-Anshor’ merupakan dua nama yang syar’i, terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah subhanahu wa ta’ala-lah yang memberi nama mereka dengan keduanya, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah menamai kita dengan al-Muslimin sejak dahulu dan di dalam Al-Qur’an ini. Penyandaran seseorang kepada al-Muhajirin dan al-Anshor merupakan penyandaran yang baik lagi terpuji di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan Rosul-Nya [ﷺ]. Tidak sekadar sesuatu yang mubah yang berfungsi sebagai pengenal seperti penyandaran terhadap suku dan negeri, dan tidak pula termasuk penyandaran yang makruh atau harom seperti penyandaran terhadap sesuatu yang mengantarkan kepada bid’ah atau maksiat lainnya.

Meskipun demikian, tatkala masing-masing dari dua orang tersebut saling menyeru kelompoknya (walau dengan sebutan Muhajirin dan Anshor, ed.) untuk meminta bantuan, Nabi Muhammad [ﷺ] mengingkarinya dan menamakannya dengan ‘seruan jahiliyyah’.”

— 📚[Iqtidha’ush Shirothil Mustaqim, hlm. 241]

▶️ Asas al-Hizbiyyah;

Bila kita mencermati jama'ah atau firqoh yang ada di tengah-tengah kaum muslimin, akan kita dapati masing-masing dari mereka saling berbangga satu sama lain.

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an:

{ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ }

“Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum: 32]

Nah, bila demikian keadaannya,
› pasti masing-masing dari mereka mempunyai prinsip dan pandangan yang terangkum dalam sebuah pedoman atau AD/ART, sebagai asas berpijak yang bersumber dari dan dibangun di atasnya aturan suatu kelompok.
› Barangsiapa meyaqininya atau dengan bahasa lain mengakui dan menjadikannya sebagai asas pergerakan dan 'amal, maka tergabunglah ia dalam kelompok tersebut dan menjadi bagian darinya, bahkan bisa menjadi anggota atau pemimpinnya. Jika tidak demikian maka tidaklah mungkin (menjadi bagian, anggota atau pemimpin bagi kelompok tersebut).

{{🔥}} Jadi, pedoman atau AD/ART kelompoklah yang dijadikan sebagai asas kecintaan dan kebencian, persatuan dan perpisahan, serta pemuliaan dan penghinaan.

— 📚[Al-Ahzab as-Siyasiyyah fil Islam, hlm. 13]

Url: http://bit.ly/Fw401202
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: AsySyariah•Com { http://bit.ly/2KG3KnF } - Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc. hafizhohullah

No comments:

Post a Comment