💐📝BERKATA BAIK ATAU DIAM
Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam (H.R al-Bukhori dan Muslim dari Abu Huroiroh)
Seseorang yang menjaga lisannya tidak berkata kecuali perkataan yang baik, ucapan yang haq, adil, dan jujur. Jika seseorang senantiasa menjaga lisannya, niscaya Allah akan senantiasa membimbing dia pada perbuatan-perbuatan yang baik dan mengampuninya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ...(71)
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki 'amalan-'amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian…(Q.S al-Ahzaab:70)
Setelah menjaga hati, penjagaan yang paling penting berikutnya adalah lisan. Jika lisan dijaga, maka secara otomatis perbuatan anggota tubuh yang lain akan terjaga.
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
Pada pagi hari, seluruh anggota tubuh anak Adam semuanya tunduk pada lisan, dan berkata: (wahai lisan), bertaqwalah kamu kepada Allah atas (keselamatan) kami.Karena keadaan kami tergantung engkau.Jika engkau istiqomah, kami akan istiqomah. Jika engkau menyimpang, kami (juga) menyimpang (H.R atTirmidzi dari Abu Sa'id al-Khudry, al-Munawy menyatakan bahwa sanadnya shohih dalam Faydhul Qodiir)
Al-Ahnaf bin Qois –seorang tabi’i- menyatakan:
الْكَلَامُ بِالْخَيْرِ أَفْضَلُ مِنَ السُّكُوْتِ وَالسُّكُوْتُ خَيْرٌ مِنَ الْكَلَامِ بِاللَّغْوِ وَالْبَاطِلِ وَالْجَلِيْسُ الصَّالِحُ خَيْرٌ مِنَ الْوِحْدَةِ وَالْوِحْدَةُ خَيْرٌ مِنْ جَلِيْسِ السُّوْءِ
“Mengucapkan kalimat yang baik lebih baik dari diam, dan diam lebih baik dari ucapan yang sia-sia dan bathil. Duduk bersama orang sholih lebih baik dari menyendiri. Menyendiri lebih baik dari duduk bersama orang yang jahat “(disebutkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dalam kitab ‘At-Tamhiid’ juz 17 hal 447)
Al-Imam asy-Syafi’i rohimahullah berkata :
إِذَا أَرَادَ أَنْ يَتَكَلَّمَ فَلْيُفَكِّرْ فَإِنْ ظَهَرَ لَهُ أَنَّهُ لَا ضَرَرَ عَلَيْهِ تَكَلَّمْ وَإِنْ ظَهَرَ لَهُ فِيْهِ ضَرَرٌ أَوْ شَكَّ فِيْهِ أَمْسِكْ
Jika engkau akan berbicara berfikirlah (terlebih dahulu). Jika nampak bahwa tidak ada bahaya (mudhorot), maka berbicaralah. Jika padanya ada mudhorot atau ragu, tahanlah (tidak berbicara)(Syarh Shohih Muslim linNawawy (2/19)
Diriwayatkan bahwa Shahabat Nabi Abud Darda’ rodhiyallaahu ‘anhu berkata:
فَإِنَّمَا جُعِلَتْ لَكَ أُذُنَانِ وَفَم وَاحِد لِتَسْمَعَ أَكْثَر مِمَّا تَتَكَلَّمَ بِهِ
Sesungguhnya dijadikan untukmu 2 telinga dan 1 mulut agar engkau lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara (Mukhtashor Minhajul Qoshidin karya Ibnu Qudamah (3/24))
Saudaraku, ketahuilah. Sesungguhnya apa yang diungkapkan oleh lisan adalah semakna dengan tulisan. Artinya, ketikan jarimu dalam menulis itu sama dengan engkau berbicara. Sebagaimana engkau harus menjaga lisan, engkau juga harus menjaga tulisanmu.
Ketika engkau menulis dengan gadgetmu untuk berkomunikasi dengan orang lain, tulislah ucapan yang baik atau diam. Para 'Ulama menjelaskan bahwa ucapan yang baik itu bisa berupa ucapan yang baik secara dzatnya ataupun baik dari sisi manfaat atau peruntukannya.
Contoh ucapan yang baik secara dzatnya adalah dzikir, do'a, baca Al Qur'an, dan semisalnya. Sedangkan ucapan yang baik secara manfaat atau peruntukannya adalah ucapan yang secara asalnya mubah, namun ketika diungkapkan untuk memberi manfaat dan membuat senang saudara kita, itu adalah ucapan yang baik.
...وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سُرُوْرٌ يُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ
...dan termasuk 'amalan yang paling dicintai oleh Allah 'Azza Wa Jalla adalah memasukkan kegembiraan ke dalam (hati) seorang muslim (H.R atThobaroniy, dihasankan Syaikh al-Albaniy)
Misalkan menanyakan kabarnya. Bagaimana kabar anda? Tujuan pertanyaan ini adalah memancing ungkapan syukur kepada Allah Ta’ala. Atau mengungkapkan terima kasih sesuai sunnah dengan ucapan Jazaakallaahu khoyron.
'Umar bin al-Khoththob rodhiyallahu 'anhu berkata:
لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُكُمْ مَا لَهُ فِي قَوْلِهِ لأَخِيهِ : جَزَاك اللَّهُ خَيْرًا ، لأَكْثَرَ مِنْهَا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ
Kalau seandainya salah seorang dari kalian mengetahui apa yang terkandung dari ucapannya kepada saudaranya: Jazaakallaahu khoyron (Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan), niscaya masing-masing akan saling memperbanyak ucapan tersebut (riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf)
Demikian juga dengan ucapan do'a: Baarakallaahu fiik (Semoga Allah memberkahi yang ada pada dirimu). Sungguh ini do'a yang sangat baik. Memohon agar Allah memberkahi hal-hal yang ada pada diri kita. Jika kebaikan itu adalah harta, semoga hartanya berkah, memberi kemanfaatan yang banyak di dunia dan di akhirat. Jika itu adalah 'ilmu, semoga 'ilmunya berkah. Demikian seterusnya.
Shahabat Nabi 'Abdullah bin 'Abbas rodhiyallahu 'anhuma berkata:
لَوْ قَالَ لِي فِرْعَوْنُ: بَارَكَ اللهُ فِيكَ، قُلْتُ: وَفِيكَ وَفِرْعَوْنُ قَدْ مَاتَ
Kalau seandainya Fir'aun berkata kepadaku: Baarokallaahu fiik (Semoga Allah memberkahi yang ada pada dirimu), niscaya aku akan mengatakan: dan semoga itu juga berlaku pada dirimu. Namun Fir'aun telah mati (H.R al-Bukhori dalam Adabul Mufrod, dishohihkan Syaikh al-Albaniy)
Jagalah lisan dan tulisan anda jangan sampai mengejek, mencemooh, atau mencela saudara kita sesama muslim tanpa haq.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengejek kaum yang lain. Bisa jadi yang diejek lebih baik dari mereka. Janganlah pula kaum wanita mengejek wanita lain. Bisa jadi (yang diejek) lebih baik dari mereka. Janganlah saling menjelek-jelekkan diri kalian. Jangan pula memberi gelar yang buruk satu sama lain. Seburuk-buruk nama adalah fasiq setelah keimanan (kalian menjadi fasiq karena saling menjelek-jelekkan padahal kalian telah beriman, pent). Barangsiapa yang tidak bertaubat (dari perbuatan-perbuatan dosa itu) maka mereka adalah orang-orang yang zholim (Q.S al-Hujuroot ayat 11)
Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan memeranginya (mengangkat senjata untuk menyerangnya) adalah kekufuran (Muttafaqun 'alaih, dari Ibnu Mas’ud)
(Abu 'Utsman Khorisman)
💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom
No comments:
Post a Comment