Sunday, January 26, 2020

perseteruan sepanjang masa

📚✒Perseteruan Sepanjang Masa🏹🔥

Oleh Redaksi 
26/04/2012

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin)

⚔Perseteruan antara al-haq dan al-bathil akan senantiasa ada dan terus berlangsung. Al-haq dan al-bathil memiliki penyokong masing-masing. Masing-masing memiliki bala tentara yang siap tanding. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah, “Sungguh Allah ﷻ telah menjelaskan dalam kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya ﷺ bahwa Allah ﷻ telah memiliki para wali dari kalangan manusia. Begitu pun syaithon, ia memiliki para wali dari kalangan manusia. Oleh karena itu, terbedakanlah antara para wali Ar-Rohman dan para wali syaithon.”

Allah ﷻ berfirman,
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Yunus: 62—64)

Allah ﷻ berfirman,
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Sementara itu, orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaithon, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqoroh: 257)

Penyebutan para wali syaithon telah pula ada. Firman-Nya,
“Apabila kamu membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaithon yang terkutuk. Sesungguhnya syaithon ini tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Robbnya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaithon) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (an-Nahl: 98—100)

Firman-Nya,
“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kepada Adam!’ maka mereka sujud kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Robbnya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zholim.” (al-Kahfi: 50)

Ibrohim 'alaihissalam berkata (dalam firman-Nya),
“Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan ditimpa 'adzab dari Robb Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithon.” (Maryam: 45)

🌠Apabila telah diketahui bahwa ada sekelompok manusia yang menjadi wali-wali Ar-Rohman dan sekelompok lain menjadi wali-wali syaithon, dua kelompok tersebut wajib dibedakan, sebagaimana Allah ﷻ dan Rosul-Nya telah membedakan mereka.
Para wali Allah ﷻ adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa, seperti dalam firman-Nya,
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Yunus: 62—63)

Dalam hadits yang shohih dari Abu Huroiroh rodhiyallahu 'anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Allah berfirman, Barang siapa yang memusuhi para wali-Ku, sungguh dia telah menantang-Ku berperang—atau sungguh Aku telah mengumandangkan perang kepadanya. Tiadalah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku seperti ketika dia menunaikan sesuatu yang telah Aku wajibkan atasnya. Senantiasa pula hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ('amal-'amal) nawafil (sunnah) hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia memukul, dan kakinya yang dengannya dia berjalan (melangkah). Sungguh jika dia meminta kepada-Ku pasti Aku memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku melindunginya.” (HR. al-Bukhori no. 6502) (Lihat al-Furqon baina Auliya’u ar-Rohman wa Auliya’u asy-Syaithon, hlm. 25—28)

🔥Perseteruan itu terus berkobar. Dalam kehidupan para Nabi tampak perseteruan tersebut. Tiap nabi Allah ﷻ ada musuhnya. Mereka memusuhi, bahkan memerangi para nabi Allah ﷻ lantaran al-haq (kebenaran) yang diemban dan dida'wahkannya. Allah ﷻ menggambarkan siapa musuh para nabi-Nya melalui firman-Nya,

“Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (al-An’am: 112)

⛵️Lihatlah sikap arogan, sombong yang dilakukan kaum Nabi Nuh 'alaihissalam. Mereka diseru untuk mena'ati Allah ﷻ, tetapi ajakan tersebut tidak dihiraukan. Sikap angkuh menyebabkan mereka menolak kebenaran. Mereka adalah benar-benar kaum yang ingkar. Al-Qur’an mengisahkan hal itu,
“Nuh berkata, Ya Robbku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya, menutupkan bajunya (ke mukanya), serta mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (Nuh: 5—7)

📜Telah menjadi sebuah ketetapan bahwa pembawa da'wah al-haq akan berbenturan dengan pemuja kebathilan. Nabi Ibrohim 'alaihissalam berhadapan dengan Namrud dan ayahnya sendiri karena Namrud dan ayahnya enggan menerima apa yang dida'wahkan oleh al-Kholil. Begitu pula Nabi Musa 'alaihissalam mesti menghadapi ketakabburan Fir’aun yang mengaku tuhan. Da'wah Nabi Musa 'alaihissalam pun ditolaknya. Ternyata tak sebatas penolakan. Lebih dari itu, Musa 'alaihissalam dan para pengikutnya hendak dibinasakan walau akhir dari ketakabburan Fir’aun dan bala tentaranya adalah ditenggelamkan di lautan. Itulah kisah para nabi Allah ﷻ yang memberi banyak faidah bagi insan yang mau berpikir dan mengambil pelajaran.

Begitu pula kisah dan perjuangan da'wah Rosulullah ﷺ. Kisah nan sarat perseteruan antara kebenaran melawan kebathilan. Antara da'wah tauhid melawan kesyirikan. Antara sinar kemilau Islam menghadapi kejahiliyyahan nan gulita. Pergumulan melawan kebathilan senantiasa ada dan akan terus ada hingga kiamat nanti.
Sungguh, kaum musyrik Quroisy benar-benar membarakan permusuhan kepada Rosulullah ﷺ dan para shahabatnya rodhiyallahu 'anhum. Kaum musyrikin Quroisy dengan segala cara dan tipu daya berusaha membungkam da'wah yang mulia. Tak sebatas itu, kaum musyrikin Quroisy pun berusaha keras membunuh Rosulullah ﷺ. Demikian pula terhadap para shahabatnya, mereka tak segan membinasakannya.
Menegakkan kebenaran diwarnai oleh tetesan darah. Diwarnai pula oleh pengorbanan harta benda yang tak sedikit. 

Allah ﷻ berfirman,
“(Ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quroisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap, memenjarakanmu, membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Sementara itu, Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (al-Anfal: 30)

Tiadalah perseteruan itu sedemikian dahsyat melainkan lantaran mereka beriman kepada Allah ﷻ dengan keimanan yang sebenar-benarnya. Ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ﷻ,
“Mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang-orang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (al-Buruj: 8—9)

✍🏻Kehidupan 'ulama sebagai pewaris para nabi pun tak luput dari pergulatan melawan kesyirikan, bid’ah, dan penyimpangan lainnya. Kerasnya pertentangan mengantarkan beberapa 'ulama memasuki penjara. Tidak hanya itu, ada pula dari kalangan 'ulama yang harus bersabar menghadapi cemeti para penguasa. Ujian para 'ulama dalam memperjuangkan kebenaran sedemikian berat. Kisah masyhur keteguhan, kesabaran, keikhlashan, dan ketawakkalan al-Imam Ahmad bin Hanbal rohimahullah tentu menjadi cermin bagi kaum muslimin. Walau harus hidup di balik terali besi, al-Imam Ahmad rohimahullah tidak goyah pendirian. Meski siksaan mendera tubuhnya, al-Imam Ahmad rohimahullah tak lantas menuruti apa yang dimau oleh para musuh da'wah. Al-Imam Ahmad rohimahullah tetap bersikukuh bahwa al-Qur’an adalah kalamullah. Al-Qur’an bukan makhluk. Pendirian dan keyaqinannya kokoh dipeluk.

💥Permusuhan kalangan ahlu hawa dan ahlu bid'ah bisa ditilik pula melalui kisah al-Imam al-Barbahari rohimahullah. Pernyataannya yang tegas terhadap ahlu hawa dan ahlu bid'ah membawa al-Imam al-Barbahari rohimahullah diasingkan. Beliau hidup dalam keadaan terisolasi. Dalam riwayat dikisahkan, saat al-Imam al-Barbahari rohimahullah meninggal dunia yang berdiri mensholatkan janazah beliau hanya satu orang. Beliau disholatkan dalam sebuah rumah yang pintunya terkunci rapat. Ketika prosesi sholat janazah berlangsung, wanita pemilik rumah itu mencoba mengamat-amati dari satu celah. Ternyata dia melihat di dalam rumah tersebut dipenuhi oleh para lelaki. Mereka mengenakan pakaian putih dan hijau. Setelah sholat ditutup salam, selesailah sudah sholat janazah ditunaikan. Wanita itu pun tak melihat seorang pun di dalam rumah itu. Wanita itu lalu meminta agar janazahnya dikebumikan di rumahnya. (Syarhu as-Sunnah, al-Imam al-Barbahari, tahqiq Kholid bin Qosim ar-Roddadi, hlm. 20—21)

⚔Selama da'wah tauhid memberantas kesyirikan dan bid’ah terus berlangsung, maka kedengkian dan permusuhan terhadap para 'Ulama dan pengikut Ahlus Sunnah wal Jama'ah pun tetap terjadi. Tuduhan-tuduhan keji pun sering ditimpakan kepada para 'Ulama yang istiqomah dalam menegakkan as-Sunnah. Sebut saja sosok 'ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah seperti Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhab bin Sulaiman bin 'Ali At-Tamimi an-Najdi rohimahullah. Di antara tuduhan keji terhadap beliau adalah memiliki pemikiran aneh dan bukan seorang 'alim. Tuduhan ini dinyatakan oleh pentolan Hizbut Tahrir, Muhammad al-Mis’ari. (Untuk selengkapnya lihat Asy-Syariah, Vol. II/No. 22/1427 H/2006)

🏹🔥Hanya orang-orang jahil yang akan mencela para 'ulama. Kerusakan daya pikir. Akibat telah tercelup pemikiran yang memusuhi da'wah tauhid, menjadikan seseorang membenci para 'ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Di antara kelompok yang memusuhi Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhab rohimahullah dan da'wah yang beliau sebarkan, yaitu; kelompok Shufiyyah (Shufi), Syi’ah Rofidhoh, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan Al-Qaedah. (Asy-Syariah, Vol. II/No. 22/1427 H/2006)

Padahal para 'ulama yang tegak di atas As-Sunnah memperjuangkan dan berusaha menghidupkannya adalah orang-orang yang wajib dihormati. Mereka ditinggikan derajatnya karena 'ilmu dan 'amal yang ada pada dirinya, di samping lantaran upaya kerasnya menda'wahkan kebaikan ke hadapan umat. Para 'ulama adalah sosok yang diselimuti ketaqwaan kepada Allah ﷻ, sekaligus sosok yang banyak memiliki keutamaan. 

Allah ﷻ berfirman,
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi 'ilmu pengetahuan beberapa derajat. Sementara itu, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujadilah: 11)
Para 'ulama adalah sosok yang menjaga diri dari perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah ﷻ. Sosok yang memiliki rasa takut kepada Allah ﷻ. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah 'ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28)

Meski demikian, penyikapan terhadap para 'ulama tidak boleh sampai berlebihan. Sebagaimana hal yang dilakukan kelompok Shufiyyah yang bersikap ghuluw (ekstrem, berlebihan) dalam memperlakukan orang-orang yang dianggap 'alim di kalangan mereka. Bahkan sampai menjadikan qubur-qubur mereka sebagai sesuatu yang diibadahi. Wal ‘iyadzubillah.
Dari ‘Aisyah rodhiallahu 'anha bahwa Ummu Salamah rodhiallahu 'anha pernah menceritakan kepada Rosulullah ﷺ tentang gereja yang pernah dilihat di negeri Habasyah. Di dalam gereja tersebut ada gambar (bernyawa). Maka Rosulullah ﷺ bersabda, “Apabila ada orang atau hamba yang sholih di antara mereka meninggal, mereka membangun masjid (tempat ibadah) pada quburan tersebut dan membuat gambar-gambar di dalamnya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” (HR. al-Bukhori no. 434)

Dari Abu Huroiroh rodhiallahu 'anhu , Rosulullah ﷺ sungguh-sungguh bersabda, “Semoga Allah ﷻ membinasakan Yahudi. Mereka menjadikan quburan para nabi mereka sebagai tempat ibadah.” (HR. al-Bukhori no. 347)
Allah ﷻ berfirman,
“Wahai Ahli Kitab, janganlah melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah mengatakan sesuatu kepada Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, 'Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rosul-rosul-Nya dan janganlah mengatakan, (Tuhan itu) tiga. Berhentilah (dari ucapan itu), (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah adalah Robb Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (an-Nisa’: 171)

📚Asy-Syaikh Sholih bin Fauzan hafizhohullah berkata, “Yahudi dan Nashroni melampaui batas dalam menyikapi para nabi mereka dan dalam menunaikan agama mereka. Sikap melampaui batas terhadap para nabi dari sisi: Nashroni menyatakan terhadap al-Masih bahwa dia adalah anak Allah. Mereka meninggikan kedudukan al-Masih melebihi kedudukannya sebagai manusia dan mendudukkannya sampai setingkat rububiyah, disebut sebagai ar-Robb (Tuhan). Adapun Yahudi melampaui batas dalam menyikapi Uzair. Mereka katakan, Uzair adalah anak Allah.” (I’anatu al-Mustafid bi Syarhi Kitabi at-Tauhid, hlm. 245)
Wallahu a’lam.

🌎https://asysyariah.com/perseteruan-sepanjang-masa/

No comments:

Post a Comment