Kita Harus Memahami Situasi Wabah Covid-19
Agar Kita Tidak Abai dan Lalai
(dari hati ke hati)
untuk kalangan sendiri
📝 Melalui tulisan ini, penulis ingin mengetuk hati saudara-saudaraku semua, agar kita sama-sama menyadari apa dan bagaimana situasi pandemi saat ini.
📟 Menyikapi situasi Pandemi Covid-19, memang kita tidak boleh panik. Namun tidak boleh pula teledor, meremehkan atau abai serta menganggap enteng bahaya Covid-19. Apalagi disertai dengan sikap semaunya sendiri dan ngeyel. Akibatnya, dia tidak hanya menzholimi diri sendiri, tapi menzholimi anak istrinya, lingkungannya, masyarakatnya, termasuk dokter dan perawat yang merawatnya. Prinsip Islam menyatakan, sebagaimana dalam hadits:
« لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ »
Laa Dhoror wa Laa Dhiror (kamu jangan merugikan orang lain dan dirimu pun jangan dirugikan)
🍊 Penyampaian ini bukan bermaksud membuat suasana gawat atau tegang. Namun menyikapi penyakit menular memang ada peringatan keras dari Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa Sallam,
« وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ »
“Larilah kamu dari orang yang sakit kusta seperti larimu dari singa.”
(HR. Al-Bukhori 5707)
Tentu orang yang mendengar ini, pasti tegang. Namun peringatan ini sengaja disampaikan Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa Sallam agar umat waspada.
🏷 Demikian tuntunan Islam dalam menyikapi penyakit menular dari seorang pribadi, dan tidak menyebar luas.
🛑 Maka terlebih lagi menyikap pandemi (wabah internasional) Covid-19, yang:
- Menular,
- Mematikan,
- Menyebar dengan cepat dan luas.
‼ Maka perlu kewaspadaan wahai saudaraku. Waspada... waspada. Jangan mengangap remeh, jangan abai dan lalai.
🌍 *Situasi Dunia*
Corona telah menyebar ke *lebih dari 200 negara!* Hingga Selasa (14/4) lebih dari 1,9 juta orang di seluruh dunia positif Corona. 119 ribu orang lebih meninggal.
⏹️ *Amerika Serikat* merupakan episentrum Corona dunia tertinggi saat ini. Total 560 ribu kasus, 22 ribu meninggal. Lonjakan kasus terbesar terjadi pada 4 April, yaitu 34 ribu kasus baru dalam sehari. Kendati demikian AS belum sampai pada puncak. Karena diperkirakan puncaknya pada Mei mendatang.
Satu sumber menyebutkan bahwa virus Corona di AS menyebabkan 1.970 kematian per hari. Sebagai perbandingan, penyakit jantung merenggut nyawa 1.774 orang per hari, kanker merenggut 1.641 nyawa per hari di AS.
⏹️ *Spanyol* menempati rangking ke-2 dunia, dengan 163.027 kasus, korban meninggal mencapai 16.606 orang.
⏹️ *Italia* merupakan negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Eropa setelah Spanyol. Hingga Senin (13/4) Italia memiliki 156.363 kasus, total kematian 19.899. Tertinggi ketiga setelah AS dan Spanyol. Pada 27 Maret tercatat 969 orang positif Corona meninggal dalam tempo sehari!!
⏹️ Berikutnya *Prancis*, dengan 129.654 kasus, 13.832 orang meninggal.
🛰️ Ini semua menunjukkan Corona telah membuat negara-negara maju kelabakan.
Padahal, sekali lagi, itu adalah negara maju.
Di negara-negara maju itu tentu segala upaya pencegahan telah dikerahkan, baik itu protokol-protokol kesehatan, aturan kedisiplinan, dll.
Demikian pula rata-rata penduduk di negara-negara maju itu relatif berpendidikan lebih maju. Fasilitas kesehatan, teknologi kesehatan, tenaga kesehatan sudah sangat maju dan memadai. Bahkan beberapa di antara negara tersebut telah me- _lockdown_ negaranya.
📕 Namun demikianlah, dengan kehendak Allah Yang Maha Perkasa, itu semua terjadi menimpa negara-negara maju itu.
🛍️ Maka kondisi ini semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita. *Bahwa betapa dampak Covid-19 benar-benar sangat serius. Ancamannya benar-benar nyata.*
📑 Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
🇮🇩 *Pemerintah Indonesia*
1️⃣ _Qodarallah wa Syaa fa'al_ Virus Corona juga menginfeksi negeri kita, Indonesia. 2 Maret 2020 yang lalu, Pemerintah RI mengumumkan pertama kali kasus positif Corona di Indonesia. Hari demi hari, sebagaimana telah dialami negara-negara lain, kasus terus meningkat.
2️⃣ Alhamdulillah Pemerintah RI telah menempuh langkah konkrit untuk melakukan pencegahan Covid-19, antara lain berupa:
- Imbauan : PHBS, CTPS, _Social Distancing_, _Physical Distancing_, #di rumah saja.
- Menerbitkan protokol-protokol resmi
- Anggaran dana yang besar untuk penanganan Covid-19. Sebagai contoh, yang paling akhir 13 April kemarin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalihkan dana pembangunan infrastruktur *Rp 36,19 triliun* untuk membantu menangani Pandemi Covid-19.
- Kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
- Pemprov dan Pemda melarang warganya mudik.
- Beberapa daerah sampai menutup wilayahnya _(Lockdown Local)_.
3️⃣ Pemerintah meminta MUI berfatwa dalam masalah-masalah terkait kondisi pandemi ini, antara lain:
- pelaksanaan ibadah sholat berjama'ah dan sholat Jum'at dalam sikon pandemi,
- perawatan Jenazah penderita Covid-19,
- tata cara sholat dan bersuci bagi tenaga medis.
Hal ini menunjukkan masalah ini benar-benar serius.
4️⃣ Pemerintah melalui Polri melakukan aksi nyata mengawal pelaksanaan kebijakan-kebijakan dan imbauan-imbauan pemerintah di lapangan, antara lain:
- pembubaran acara-acara yang menyebabkan kumpul orang banyak,
- membubarkan kumpul-kumpul anak muda, dll.
- Memberikan sanksi pidana bagi yang melanggar.
Dalam keadaan para aparat kepolisian dilecehkan, dihina, sampai diludahi ketika melaksanakan upaya tersebut.
Menunjukkan kondisi masyarakat sangat banyak yang acuh dan abai, alias _ngeyel._
🥏 Saudara pembaca....
Dari penjelasan singkat di atas, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran:
• Pemerintah Indonesia sangat serius memberikan perhatian dan arahan untuk pencegahan dan penanganan Covid-19.
• Betapa banyak masyarakat yang abai dan lalai, tak mau peduli, tak mau waspada, dan menganggap enteng bahaya Covid-19.
🍒 Kita sebagai insan beriman, yang mengerti bagaimana imbauan dan petunjuk dalil-dalil agama terkait penyakit menular dan wabah, serta mengerti pula kewajiban menta'ati pemerintah, tak sepantasnya larut seperti sikap kebanyakan orang.
Semestinya *kita bisa lebih sadar dan waspada, lebih tertib dan terarah.*
⛵ Sekali lagi kami ketuk hati Anda wahai para pembaca, saudara-saudara seiman.
*Tabiat Covid-19* (1)
1️⃣ Virus Corona yang tak terlihat. Sehingga membuat kita tidak bisa mendeteksi kehadirannya. Ukuran virus Corona hanyalah 0,12 micron (mikrometer), atau 1/1.200 milimeter. Ibaratnya 1 butir debu seujung kuku dipotong menjadi 1.200 potongan.
Virus Corona ini tergolong benda mati. Namun dia bisa berkembang dan menular jika ada inangnya. Siapa inangnya? Salah satunya adalah manusia.
2️⃣ Penyebaran Covid-19 sangat pesat, luas, dan mematikan. Dalam rilis terbarunya, pada Selasa 14/4, WHO menyatakan bahwa Virus Corona sepuluh kali lebih mematikan ketimbang pandemi Flu Babi 2009! Covid-19 saat ini telah menyerang lebih dari 200 negara di dunia.
3️⃣ Orang yang terinfeksi virus Corona tidak mesti menjadi orang sakit atau menampakkan gejala sakit, namun cukup dengan itu tubuhnya menjadi media penularan virus. Orang seperti ini disebut *carier.* Dengan kata lain dia telah berpotensi membahayakan orang lain, termasuk keluarganya. Sehingga dia lebih berbahaya dari pada orang-orang yang tampak gejalanya.
4️⃣ Banyak ODP, PDP, yang bisa jadi tidak terdeteksi dan tidak terlaporkan. Sampai-sampai salah seorang gubernur mengatakan kepada Wapres, _“Saya Yaqin Kasus Corona di Indonesia Sebenarnya Berlipat-lipat”_, dan ucapan ini berdasarkan keterangan ahli epidemiologi.
5️⃣ Ibarat perang, orang yang carier dan ODP yang tidak terlaporkan ini adalah _lawan yang berpenampilan teman._ Sehingga membuat kita merasa aman dan tidak waspada. Bagaimana tidak, karena dia adalah musuh yang telah menyamar menjadi teman; bertamu, bertandang, bertemu muka, berdekatan. Saat itulah dia akan mengubah setiap orang menjadi bagian dari dirinya, yakni menjadi PDP, ODP, dan OTG!! _biidznillah_
6️⃣ Bagaimana jika yang berhasil diubah menjadi PDP, ODP atau OTG tanpa sadar, akibat kontak jarak dekat tanpa sengaja adalah diri kita. Misalnya kita interaksi ketika di pasar atau tempat belanja. Atau ketika naik motor tiba-tiba ketemu seseorang, sehingga kita berhenti sebentar. Orang tersebut ternyata adalah _“lawan yang sudah berpenampilan teman”_ alias pembawa virus. Terjadilah kontak jarak dekat. Akibat kontak jarak dekat yang terjadi hanya sebentar itu, _biidznillah_ telah mengubah kita menjadi bagian dari lawan tersebut!!
Kemudian kita pulang ke rumah, disambut anak-anak, dipeluk, demikian pula disambut Isteri di rumah... Apa jadinya keluarga kita? _Allahul Musta’an._
7️⃣ Keumuman masyarakat abai dan tidak ada kejujuran, sampai-sampai “tega” mengorbankan dokter dan para perawat yang melakukan tindakan pemeriksaan kesehatan atau tindakan operasi terhadapnya.
*Contoh 1:*
Ada seorang ibu rumah tangga dikarantina mandiri, sambil menunggu hasil tes. Dia setiap hari dipantau oleh dinas kesehatan melalui telepon, dan selalu diingatkan tidak boleh keluar rumah. Namun ternyata dia tidak jujur. Ternyata beberapa kali kedapatan beraktivitas keluar rumah. Bahkan ikut kumbokarnan (persiapan pernikahan). Belakangan hasil tesnya adalah dia positif Corona!! Padahal dia sudah "terlanjur" berinteraksi dengan sekian banyak orang.
*Contoh 2:*
Seorang dokter, terpaksa harus menangani pasien kecelakaan. Kondisi pasien harus segera dioperasi, jika tidak akan membahayakan nyawanya. Maka sang dokter melakukan pengecekan, dan memastikan kepada keluarga tentang riwayat perjalanan dan kontak si pasien. Ketika proses pengecekan itu, pihak keluarga tidak jujur. Tidak mau menceritakan apa adanya. Walhasil, operasi pun dilaksanakan.
Setelah semuanya selesai, diketahui bahwa ternyata sang pasien adalah positif Corona!! Tega sekali, mengorbankan para dokter dan perawat yang bertugas menangani proses operasi tersebut.
*Contoh 3:*
Seorang pasien memeriksakan diri kepada dokter spesialis paru di sebuah rumah sakit, dengan keluhan ada sesak di dadanya. Ketika ditanya tentang riwayat perjalanan, menyatakan tidak pernah ke mana-mana. Setelah diperiksa oleh sang dokter, hasilnya dokter menyatakan ada kelainan pada jantungnya.
Ternyata belakangan diketahui, bahwa si pasien adalah seorang yang pekerjaannya mengharuskan dia sering bolak-balik ke kota zona merah!!
*Contoh 4:*
Kasus meninggalnya seorang laki-laki berusia 48 tahun, setelah dilakukan pemakaman oleh warga dan dilakukan acara tahlilan selama tujuh hari, belakangan diketahui penyakit yang diderita bukan serangan jantung melainkan positif Covid-19.
Dari hasil tracing sementara yang dilakukan, sedikitnya ada 25 warga yang mengikuti acara tahlilan tersebut. Saat ini akan dilakukan tes swab terhadap pihak keluarga. Bila tes yang dilakukan menunjukkan positif corona, maka secara otomatis warga sekitar akan naik statusnya menjadi orang dalam pemantauan (ODP) dan interaksi mereka di kampung akan dibatasi.
*Contoh 5:*
Seorang ibu rumah tangga, ternyata positif Corona. Padahal ibu rumah tangga ini tidak punya interaksi luas. Seringnya di rumah. Interaksinya hanya ketika belanja, interaksi dengan tukang sayur.
*Contoh 6:*
4 pasien positif Corona di salah satu kabupaten, kondisinya sehat dan tidak ada keluhan-keluhan signifikan, serta masih beraktifitas seperti biasa.
*Contoh 7:*
Salah satu kabupaten selama ini masih bertahan berstatus masih hijau. Tanpa disangka, ada seorang ibu hamil warga kabupaten tersebut baru mudik dari Jakarta. Ibu hamil itu dinyatakan suspect Covid-19, dan menunggu hasil tes swab. Saat ini ditangani sesuai SOP Covid-19.
Ibu hamil ini diketahui setelah ibu kandungnya (yakni nenek calon bayi) kembali ke Jakarta sepekan lalu. Setelah itu sang ibu hamil itu menunjukkan gejala tidak enak badan. Badan panas dan kulit tangan mengeluarkan bintik merah. Awalnya dibawa ke bidan desa setempat, kemudian diminta dirujuk ke RSUD setempat, dan dilakukan rapid tes kepada keluarga dan si ibu. (perhatikan dia sudah berinteraksi dengan berapa orang). Hasil rapid tes menunjukkan semua negatif, kecuali sang ibu. Maka dilakukan tes lanjutan, tes PCR. Kalau nantinya hasilnya positif, maka nenek calon bayi itu juga akan dilaporkan ke Dinkes Jakarta, karena telah membawa virus ke kabupaten tersebut.
⬆️ Contoh-contoh di atas, di samping menunjukkan banyak orang yang abai bahkan teledor, sekaligus menunjukkan kepada kita betapa bahayanya kontak fisik jarak dekat.
💦 Itu semua tidak bisa ditebus dengan _“afwan akhi”_ atau ucapan _“iya lupa, gak sengaja.”_ Atau _“Itu kan hanya sebentar”_, _“gak pa pa, kok. Itu teman dekat saya.”_ _“orang itu tidak dari mana-mana, kok. Sehari-hari cuma di sini-sini saja, gak jauh, gak dari luar kota.”_
_dipublikasikan oleh:_
*Humas Satgas Tanggap Covid-19 Ma'had Minhajul Atsar Jember*
No comments:
Post a Comment