Thursday, April 30, 2020

sekilas tentang wabah

*Tanpa Gejala, Tapi Bisa Menulari Orang Lain Tiap Hari, Biidznillah*

Istilah medisnya, OTG: Orang Tanpa Gejala. Ini menambah daftar akronim yang dikenal selama masa wabah Covid-19, di Indonesia.

Lainnya, Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). Ketiga istilah tersebut, tercantum dalam buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Kemenkes RI.

Jika PDP dan ODP mensyaratkan ada gejala panas badan. Hingga gangguan saluran pernapasan. Mulai ringan sampai akut. Maka OTG, sebaliknya. Secara medis dia tidak merasakan sakit. Dan tidak sadar tubuhnya telah dimasuki virus corona.

Di sini peran masker, menghindari kerumunan, menjaga jarak dan rutin cuci tangan pakai sabun (CTPS), penting diterapkan. Sebagai perlindungan dini. Mencegah penularan dari OTG. Terutama saat berada di luar rumah.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto menjelaskan, saat ini muncul sumber penular yang sulit dideteksi dan ditandai.

“Kelompok ini berkontribusi terhadap bertambahnya kasus (positif) setiap hari,” katanya.

OTG, lanjut Ahmad, adalah mereka yang di tubuhnya terdapat virus corona lalu berkembang biak. Kemudian menyebar ke sekitarnya melalui percikan ludah, droplet (tetesan), saat bicara, bersin atau batuk. “Mereka ini tidak memiliki keluhan sakit,” ujarnya.

Kondisi ini yang mendasari imbauan pemerintah. Agar masyarakat memakai masker saat ke luar rumah. Agar setiap kita bisa meminimalisir. Menularkan atau tertular Covid-19.

Secara medis, OTG memiliki risiko tertular virus dari kontak erat yang terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka yang memiliki riwayat kontak erat, seperti, petugas kesehatan yang mengantar atau merawat pasien positif. Tanpa alat pelindung diri (APD) sesuai standar. Juga mereka yang pernah satu ruangan. Atau berkunjung kepada yang terkonfirmasi positif.

Bisa juga, kontak erat bila kita naik kendaraan umum. Jika di angkutan umum tersebut ada yang terkonfirmasi positif, maka kita bisa disebut kontak erat.

*Beberapa kasus*
Rabu, (29/4) Seorang balita berusia dua tahun asal Garut positif COVID-19. Wabup Garut menjelaskan, balita tersebut kemungkinan besar tertular virus Corona dari sang ayah yang bekerja di Jakarta. Ayahnya diketahui mudik beberapa minggu lalu.

Senin (27/4), Satu keluarga yang terdiri suami, istri dan anak, 2 cucu dan 1 kakak suami di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terinfeksi virus corona ( Covid-19).
Hasil tracing yang dilakukan tim Dinas Kesehatan Magelang, diduga ibu dan tiga anak tertular dari ayah yang diketahui berprofesi sebagai sopir bus travel.

Sabtu (18/4), Seorang Balita laki-laki berusia sembilan bulan asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terkonfirmasi positif terpapar Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemkab Tegal dr. Joko Wantoro menduga, penularan virus ini terjadi lewat transmisi dari orang terdekat.
Yaitu ayah balita dan pamannya. Diketahui ayah dan pamannya yang baru pulang merantau dari Bekasi dan Tangerang. Keduanya ditetapkan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG).

Pasien positif COVID-19 meningkat signifikan di wilayah Kabupaten Malang. Hal itu, juga disebabkan ketidakjujuran warga untuk disiplin mengisolasi diri ketika terindikasi membawa virus COVID-19. Hal itu kemudian membuat virus menyebar luas terhadap warga di sekitarnya. Kasus yang terjadi di Singosari, Ampelgading, Pakis, dan juga Lawang yang menimpa anak kecil. Semua tertular dan merupakan generasi ketiga. Demikian keterangan KaDinkes Malang, Senin (27/4).

*Tingkatkan Kewaspadaan*
Dari beberapa contoh di atas, hendaknya kita makin waspada. Sebab penularan terkadang tanpa diduga. Baik itu dari OTG, dari orang-orang yang tidak disiplin, maupun sebab-sebab lainnya.

Maka, semakin seseorang waspada, membatasi interaksi, serta memiliki kesadaran dan kedisiplinan tinggi, Insyaallah sebab-sebab keselamatan lebih kuat padanya. Khususnya di daerah-daerah yang dinyatakan sebagai zona merah, terlebih lagi yang dinyatakan sebagai transmisi lokal. Maka kewaspadaan perlu ditingkatkan lagi. Bukan berarti daerah yang masih hijau kemudian merasa aman dan tidak perlu waspada. Potensi tertular pun bisa terjadi. Bukankah daerah yang kini zona merah dulunya adalah hijau? Bukankah daerah yang kini transmisi lokal, bermula dari transmisi impor? Semua terjadi dengan idzin Allah. Maka jangan abai atau lalai.

Sabar dalam membatasi interaksi. Sabar untuk beraktifitas di rumah saja. Tidak ke ruang publik. Termasuk bersabar menjalani imbauan untuk ibadah di rumah. Tidak lagi sholat di masjid. Demikian pula tarowih di rumah saja, tidak di masjid.

Nah, kaum muslimin. Hendaknya kita selalu berdo'a memohon keselamatan hanya kepada Allah Ta’ala. Seraya menempuh sebab-sebab keamanan diri. Sesuai arahan dan imbauan pemerintah. Agar terhindar dari Covid-19, maupun dari status PDP, ODP atau OTG. Sebagaimana kita tidak mau dirugikan, kita pun jangan sampai merugikan orang lain. (r)

sumber :
https://www.tanggapcovid19.com/tanpa-gejala-tapi-bisa-menulari-orang-lain-tiap-hari-biidznillah/

No comments:

Post a Comment