:: MENSYUKURI KERINGANAN ALLAH DALAM BERIBADAH DI RUMAH (RENUNGAN IBADAH SAAT PANDEMI CORONA) ::
Ditulis oleh : Al Ustadz Abu 'Utsman Khorisman hafizhohullah
Setiap muslim seharusnya memahami bahwa Nabi dan para Shahabat adalah teladan utama dalam semangat ibadah. Namun, dalam kondisi tertentu, mereka mengambil rukhshoh (keringanan) untuk menghindar dari kemudhorotan yang lebih besar dan kasih sayang mereka untuk kaum muslimin.
Bagaimana semangat para Shahabat Nabi untuk mendatangi sholat 5 waktu berjama'ah di masjid, terekam dalam ungkapan Shahabat Ibnu Mas’ud rodhiyallahu 'anhu:
وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ
Dan sungguh aku melihat keadaan kami (para Shahabat Nabi) tidaklah tertinggal darinya (sholat berjama'ah di masjid) kecuali seorang munafiq yang telah diketahui kemunafiqkannya. Sungguh, ada seorang laki-laki yang sampai dipapah oleh dua orang laki-laki (lain) hingga diberdirikan di shof (H.R Muslim)
Jadi, jangankan sholat Jum'at, sholat 5 waktu berjama'ah di masjid saja para Shahabat Nabi begitu bersemangat. Namun, ketika turun hujan lebat, lafadz adzan ada sedikit perubahan. Terdapat anjuran untuk tidak usah mendatangi masjid sholat Jum'at, namun diperintahkan untuk sholat di rumah saja (sholat Zhuhur).
Shahabat Nabi Ibnu 'Abbas rodhiyallahu 'anhumaa pernah menerapkan hal itu sebagai sunnah dari Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Pada saat hari Jum'at, beliau perintahkan kepada muadzin untuk mengganti lafadz hayya 'alash sholaah menjadi sholluu fii buyuutikum, yang artinya: sholatlah di rumah-rumah kalian.
Bagi banyak orang yang belum mengenal sunnah Nabi tersebut, tentu keheranan dan menganggap sebagai sesuatu yang aneh. Kemudian Ibnu 'Abbas menyampaikan hadits Nabi shollallahu 'alaihi wasallam.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَلَا تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قُلْ صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا قَالَ فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي إِنَّ الْجُمْعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُونَ فِي الطِّينِ وَالدَّحَضِ
Ibnu 'Abbas berkata kepada muadzdzinnya di hari (Jum'at) yang hujan: Jika engkau selesai mengucapkan ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH, janganlah mengucapkan: HAYYA ‘ALASH SHOLAAH. Ucapkanlah: SHOLLUU FII BUYUUTIKUM (Sholatlah di rumah-rumah kalian). Maka seakan-akan orang-orang menganggap itu hal yang sangat aneh. Ibnu 'Abbas pun berkata: Hal itu telah dilakukan oleh orang yang lebih baik dari aku (maksud Ibnu 'Abbas adalah Rosulullah, pent). Sesungguhnya (sholat) Jum'at (secara asal) adalah kewajiban. Namun aku tidak suka membuat kalian kesulitan berjalan di tanah liat dan (permukaan) yang licin (H.R Al-Bukhori dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Al-Bukhori).
Subhanallah, demikianlah orang yang ‘alim, lautan 'ilmu. Tidak sekedar ngerti, tapi paham benar dengan pemahaman yang mendalam dan luas. Tidak sekedar ber'ilmu, beliau memiliki perasaan kasih sayang kepada kaum muslimin. Benar-benar 'Ulama Robbaniy.
Ibnu 'Abbas paham benar bahwa sholat Jum'at itu suatu kewajiban bagi laki-laki muslim yang mukim dan tidak sakit. Namun, hujan lebat yang bisa berpotensi menyulitkan, sudah merupakan keringanan untuk tidak menghadirinya.
Padahal, sebenarnya sekedar hujan tidaklah otomatis membuat orang sakit. Tapi berpotensi menyebabkan orang sakit. Sakitnya pun bisa jadi tidak langsung saat terkena hujan, tapi baru beberapa waktu kemudian.
Sedangkan Shahabat Nabi Ibnu 'Umar rodhiyallahu 'anhumaa juga pernah mengumandangkan adzan dengan lafadz: Shollu fiy rihaalikum (sholatlah di tempat-tempat tinggal kalian). Beliau menilai ada 3 keadaan yang membuat seseorang tidak harus menghadiri panggilan adzan ke masjid, yaitu: cuaca sangat dingin, hujan, dan angin kencang.
Baca selengkapnya
https://www.atsar.id/2020/05/mensyukuri-keringanan-allah-dalam-beribadah.html
Sumber : WA Al I'tishom || @atsarid
No comments:
Post a Comment